Langsung ke konten utama

Postingan

Berdoa Baik, untuk yang Terbaik

Postingan terbaru

Sulit Melupakan Rindu, Walau itu Sementara Waktu

Setiap malam sebelum tidur, selalu ada kenang lalu datang yang buatku bersikap datar. Aku tidak tahu kabar pastimu, sekedar basa-basi denganmu di  WhatsApp  saja, aku hanya berhenti melihat foto profilmu. Dariku kecil dan semakin dewasa, aku mengenal kata  rindu  dengan   maknanya.   Jika harus kembali ke masa lalu, rasanya tidak ingin mengenal kata itu. Terlebih, jika aku tahu akan merasakan rindu karenamu.  Aku tidak bahagia dengan rindu ini, malah membuat hatiku untuk yang lain tertutup dan mati.  Padahal, sebelum kamu pergi juga tujuanmu itu aku, aku selalu menanti rindu itu.  Pada intinya, rindu kali ini menyiksa, rindu yang lalu adalah definisi bahagia. Karena rindu yang tidak dapat terbalaskan karena kamu yang sudah dimiliki yang lain.  Aku bisa apa, selain menikmati dan menerima.  Katanya, rindu dapat hilang dimakan waktu. Nyatanya, semakin lama waktu berjalan, selama itu pula rindu semakin terasa. 

Tempat Tersendiri

Jika hati adalah ruang yang terisi, kamu ada di ruang yang berbeda. Ruang yang akan selalu terbuka, dan hanya terisi untukmu. Lewat ruangan itu, kamu bebas untuk pergi maupun kembali. Karena di ruangan hati itu, tidak hanya kehadiran kamu secara langsung yang dibutuhkan. Tapi, kenangan yang tercipta untuk terus melekat dalam ingatan. 

Titik Seimbang yang Terus Berjalan

Setiap orang memiliki prioritas yang berbeda, fokus yang berbeda dalam menentukan tujuan hidup secara keseluruhan. Namun dengan cinta, cepat atau lambat akan menyatukan perbedaan itu, lewat titik seimbang yang tercipta.  Walau terkadang, menyatunya cinta yang berniat menyamakan prioritas dapat berakhir saling lepas dan terkekang. Kadang kita merasa harus berubah karena pasangan, namun diri rasanya enggan berbeda karena merasa ia harus menerima kita apa adanya.  Berubah lebih baik itu harus, terlebih ketika kita berpikir saat ini bukan hanya untuk diri, tapi ada ia disamping kita. Konsekuensi dari manis dan pahitnya menjalin hubungan. Tetapi lebih baik bagi setiap orang pun berbeda, apalagi jika kita merasa tersinggung dengan harapan tinggi yang ia hadirkan.  Semakin berjalannya waktu, penerimaan diri dapat menemui titik gagal atau berhasilnya, walau keberhasilan selalu sulit menemui pula puncaknya. Karena biasanya, ada yang harus dikorbankan atas kebahagiaan keduanya.  Kebiasaan-kebias

Resah Jadi Cinta, atau Luka?

Aku sedang terjebak dalam situasi yang membuatku resah, bagiamana tidak? Sebagian orang berharap aku dimiliki seseorang yang akan melindungiku, dalam waktu yang tidak lama lagi.  Terlepas dariku yang tidak dapat memastikan semua itu, ada yang membuatku resah di hal yang berbeda. Kamu yang sudah kukenal, merangkulku dengan cara yang berbeda. Saat yang lain kurasa merangkul dengan biasa.  Rasanya, selalu bersamamu adalah hal yang aku hindari, namun tidak bisa kutolak.  Apalagi, aku pernah merasakan hal yang sama dengan yang lain, dimana rasa yang kuartikan bahagia hanya berakhir putus asa.  Aku bingung, aku tidak mau jika kamu tiba-tiba pergi dan melepas rangkulanmu sekaligus pergi tanpa sebab.  Aku tidak tahu, mungkin alam semesta tidak menerima kita akan ada. Waktu pun mungkin sama saja, atau hanya perkara menunggu? Entah.  Apapun rasa yang akan menatap, aku akan terima. Mau cinta, ataupun luka. 

Keberpihakan Akan Selalu Ada

Tidak ada yang benar maupun salah, jika kamu dapat melihat sesuatu dari sisi yang tidak memihak. Namun nyatanya, itu tidak mudah.  Keberpihakan akan selalu ada, terlebih ketika kamu bisa merasakan apa mau hati kecil berkata.  Kamu tahu jika sesuatu tidak ada yang sempurna, namun kamu tahu juga, jika sesuatu juga memiliki lebih yang seakan hampir sempurna.  Pada akhirnya, kebingungan untuk memilih menemui ujungnya. Kamu akan lelah sendiri jika terus kebingungan walau ditemani senja. Dan ketika kamu sudah memilih, kamu akan menemui kata ikhlas pada ujung pilihan itu. Melapangkan dada dan berdamai dengan diri sendiri, jika semakin lama kamu mempertimbangkan, semakin kamu menyakiti diri dan orang lain. 

Perlahan Tahu Harus Kemana

Kamu tahu ada yang selalu di setiap pagi hadir tiba-tiba di depan pintu, untuk memberimu sarapan. Kamu tahu ada yang selalu setiap detik menunggu kabarmu, seakan kamu adalah semua tentang nafas yang dia hembuskan. Kamu tahu ada yang rela melakukan apapun hanya untuk membuatmu bahagia, walau dengan terluka. Kamu tahu ada yang setiap malam sebelum tidurnya, menyebutkan namamu dalam doa untuk berharap kamu menjadi selamanya untuknya. Bahagiamu hadir, namun semakin hari kamu sadar sesuatu. Jika perhatian yang ia ciptakan untukmu tak sehebat kamu sekarang melakukan hal yang sama dengannya, yang hanya tinggal menunggu waktu. Kamu sudah mencoba tetap satu, namun tak berakhir utuh. Kamu hanya meyakinkan diri jika keputusan yang kamu buat masih perlu waktu, pelan-pelan untuk runtuh.